Lirik & Terjemahan Lagu Didi Kempot di Ngobam Gofar Hilman
- Aditya Wahyutomo
- Aug 11, 2019
- 8 min read
Senang rasanya ketika Gofar Hilman mengumumkan niatan untuk menggelar Ngobam bareng Didi Kempot. Sebagai salah satu subscriber Gofar Hilman saya tahu betapa dalamnya sesi Ngobam, tentu kolaborasi dengan Didi Kempot akan menjawab beberapa pertanyaan saya yang penasaran dengan sang maestro.
Bagi saya, Didi Kempot memang bukan nama asing. Bapak dan ibu saya yang berasal dari Solo tentu kerap memutar atau bersenandung karya-karya Didi Kempot. Bahkan, ketika saya mudik ke Baluwarti, lagu Didi Kempot kerap diputar di bus Antar Kota Antar Provinsi yang kami tumpangi.
Hal terakhir itu pula yang bagi saya identik dengan sosok Didi Kempot. Pada suatu kesempatan, saya hendak kembali ke Jakarta setelah menengok nenek di Solo. Seperti biasa keluarga kami pulang menggunakan Bus Raya. Salah satu perusahaan otobus yang populer di kalangan bus mania kala itu.
Ada dua musisi yang karyanya kerap diputar kala itu. Pertama adalah Koes Plus dan kedua adalah Didi Kempot. Ketika bus meninggalkan Terminal Tirtonadi, saat itu juga diputar sebuah lagu dari Didi Kempot dengan judul yang sama dengan terminal. Sepintas saya yang masih SMP saat itu selalu beranggapan bahwa lagu Didi Kempot adalah lagu-lagu untuk perantau. Lagu untuk melepas kepergian sang kekasih ataupun lagu ketika mengiringi kita ketika sedang kangen dengan Solo (Baca: Kampung halaman).
Beranjak dewasa, entah mengapa saya kerap mendengarkan lagu Didi Kempot ketika sedang bekerja. Mulai dari saat piket malam ketika menjadi wartawan, sampai tahun lalu ketika bekerja di sebuah perusahaan internet.
Bagi saya, mendengarkan lagu Didi Kempot saat itu sebagai pengobat kangen dengan nenek saya serta suasana Solo yang sudah lama tak saya datangi. Namun seiring berjalannya karier, lagu-lagu Didi Kempot juga selalu mengingatkan saya dengan masa-masa kuliah. Masa-masa mata kuliah Penguasaan Bahasa Jawa yang diulang dari semester 1 sampai semester 5 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Bahasa yang digunakan Didi Kempot cenderung mudah untuk dipahami. Terutama untuk non-native speaker seperti saya. Pilihan kata yang digunakan juga pernah saya pelajari semua ketika empat tahun menjadi mahasiswa Sastra Daerah untuk Sastra Jawa.
Sampai beberapa bulan lalu, saya bingung kenapa Tribun sampai menulis artikel mengenai lirik dan arti salah satu lagu Didi Kempot. Tentu tak mungkin ini terjadi secara kebetulan atau kerandoman semata wartawan Tribun. Ketika ada Tribun di situ, pasti ada suatu hal yang viral.
Saya cek Twitter, benar saja. Didi Kempot memang tengah menjadi trending topic. Persoalanya ketika beberapa video beredar menontonkan sekumpulan pria mudah nan gagah, merana bernyanyi bersama dengan sang maestro. Ketika itu, Agus Mulyadi juga melemparkan beberapa twit yang disetujui segenap sadboys dan sadgirls tanah air.
Seolah saya merasa memiliki adik baru--karena sepertinya mereka lebih muda dari saya. Kebahagian terus berlanjut sampai beberapa media lain juga kemudian menuliskan fenomena janggal ini.
Singkat cerita, NGOBAM diadakan. Trending lagi sudah pasti. Saya tidak datang, itu sudah pasti. Budak korporat kalau kata teman saya di UI dulu. Tapi saya sabar, tahu bahwa Gofar akan mengunggah video yang ciamik di Youtube.
Benar. Videonya ciamik. Ditutup dengan mas-mas badjingan, saya berikan dua jempol untuk keBMan gofar. Ini juga mengobati keingintahuan saya akan beberapa hal seperti judul-judul karya Didi Kempot yang kerap menggunakan nama tempat--saya sempat ingin menulis soal ini, tapi lagi-lagi, budak korporat.
Tak usah saya susah-susah bahas video Ngobam, toh kita semua sudah nonton kan? Kemudian yang ingin saya soroti adalah reaksi beberapa rekan atau bahkan beberapa komentar di video tersebut. Banyak non penutur bahasa Jawa yang tak mengerti lagu-lagu Didi Kempot.
Dengan rasa penasaran tinggi mereka berusaha mencari tahu. Mereka sangat antusias kenapa mas-mas Badjingan begitu merana sambil mencekik botol bening yang kosong. Tergugah hati saya untuk membantu mereka. Menerangkan apa yang jadi keresahan sadboys dan sadgirls.
Oleh karena itu, saya mencoba menerjemahkan beberapa lagu yang ada di Ngobam edisi Didi Kempot. Terjemahan ini bisa saja tak tepat. Terjemahan ini bisa saja ngawur. Terjemahan ini bisa saja hanya menggunakan sudut pandang saya pribadi. Bahkan saya tidak melihat Bausastra untuk melakukan penerjemahan. Tetapi terjemahan ini saya buat murni untuk membantu teman-teman saya yang tidak paham. Bagi anda yang paham, menghujat sangat boleh, tapi bantu saya menerangkan justru lebih baik.
Buat teman-teman penutur, saya tak bisa membantu secara maksimal. Jika ingin belajar bahasa Jawa, bisa bertanya dengan orang sekitar. Atau untuk anak-anak SMA, di Depok ada Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa di Universitas Indonesia. 4 tahun kalian akan belajar segala macam Sastra Jawa. Untuk mahasiswa UI, biasanya suka ada Matkul pilihan Bahasa Jawa Dasar yang bisa dipilih.
Lirik lagu bahasa Jawa saya jiplak langsung dari beberapa website. Sengaja saya tak ubah, itulah mengapa ada ketidakkonsistenan dalam penulisan o dan a. Dalam proses penerjemahan, saya juga menemukan beberapa istilah yang sulit untuk diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Percayalah arti sebenarnya lebih dalam ketimbang terjemahan kasar saya.
Semoga dengan lagu ini, para sobat ambyar bisa mengerti mengapa mas-mas pencekik botol berteriak dengan lantang: BUADJINGAN!
Lagu pertama yang dimainkan adalah Pamer Bojo. Berkisah mengenai seorang yang mengalami ujian hidup karena sang pacar malah memamerkan kekasih baru di hadapannya.
Pamer Bojo
Koyo ngene rasane wong kang nandang kangen
Begini rasanya orang yang sedang merindu
Rino wengi atiku rasane peteng
Siang- Malam hatiku terasa gelap
Tansah kelingan kepingin nyawang
selalu teringat ingin memandang,
Sedelo wae uwis emoh tenan
sebentar saja aku tak mau.
Cidro janji tegane kowe ngapusi
Mengingkari janji, teganya kau berbohong
Nganti sprene suwene aku ngenteni
sampai saat ini, lama sudah aku menanti
Nangis batinku nggrantes uripku
menangis batinku, merana hidupku
Teles kebes netes eluh neng dadaku
basah kuyup menetes air mata di dadaku
Dudu klambi anyar sing nang njero lemariku
Bukan pakaian baru yang ada di dalam lemariku,
Nanging bojo anyar sing mbok pamerke neng aku
tetapi kekasih baru yang kau pamerkan padaku.
Dudu wangi mawar sing tak sawang neng mripatku
Bukan wanginya mawar yang kulihat di depan mata
Nanging kowe lali nglarani wong koyo aku
tetapi kamu lupa telah menyakiti orang sepertiku.
Neng opo seneng aku yen mung gawe laraku
Untuk apa kau mencintaiku jika hanya untuk menyakitiku
Pamer bojo anyar neng ngarepku
Pamer kekasih baru di depanku.
Dalam sesi wawancara, Didi Kempot beberapa kali menyanyikan secara singkat lagu seperti Cidro, Suket Teki, dan Pantai Klayar. Tetapi mari kita lompat saja ke sesi saat konser karena di sesi konser terdapat beberapa lagu seperti Cidro dan Suket Teki. Sesi konser kebetulan dimulai dengan lagu cidro seperti di bawah ini.
Cidro
wes samestine ati iki nelongso
Sudah sewajarnya, hati ini menderita
wong seng tak tresnani mblenjani janji
Orang yang kucintai, mengingkari janji
opo ora eling naliko semono
Apa tak ingat kala itu,
kebak kembang wangi jeroning dodo
saat wewangian bunga merasuk ke dalam dada
kepiye meneh iki pancen nasib ku
bagaimana lagi ini memang sudah nasibku
kudu nandang loro koyo mengkene
harus menanggung sakit seperti ini
remuk ati iki yen eling janjine
hancur hati ini jika teringat janjinya
ora ngiro jebul lamis wae
tak kusangka pada akhirnya hanya manis di bibir
dek opo salah awakku iki
Apa salah diriku ini?
kowe nganti tego mblenjani janji
sampai kau tega mengkhianati janji
opo mergo kahanan uripku iki
apakah karena keadaan hidupku ini
mlarat bondo seje karo uripmu
tak punya harta berbeda dengan hidupmu
aku nelongso mergo kebacut tresno
aku merana karena terlanjur cinta
ora ngiro saikine cidro
tak menyangka berakhir dikhianati
Lagu selanjutnya yang dimainkan adalah Layang Kangen. Namun lagu ini tak dimainkan secara penuh, tapi betapa tak adilnya jika hanya menerjemahkan bagian riff. Silahkan dinikmati.
Layang Kangen
Layangmu tak tompo wingi kuwi
Suratmu sudah ku terima kemarin
Wis tak woco opo karepe atimu
sudah kubaca apa yang jadi keinginanmu
Trenyuh ati iki moco tulisanmu
tersentuh hati ini membaca tulisanmu
Ra kroso netes eluh ning pipiku
tak terasa air mata menetes di pipiku
Umpomo tanganku dadi suwiwi
Andai tanganku jadi sayap
Iki ugo aku mesti enggal bali
aku pasti akan cepat kembali
Ning kepriye maneh mergo kahananku
tapi bagaimana lagi, karena keadaanku begini
Cah ayu entenono tekaku
Cantik, tunggulah kehadiranku
Reff:
Ra maido sopo wong sing ora kangen
Tak aneh, siapa yang tidak kangen
Adoh bojo pingin turu angel merem
Jauh dari kekasih, ingin tidur tapi susah memejamkan mata
Ra maido sopo wing sing ora trenyuh
Siapakah yang tidak tersentuh
Ra kepethuk sawetoro pingin weruh
tak mampu bertemu meski ingin menatapmu
Percoyo aku, kuatno atimu
Percaya padaku, kuatkan hatimu
Cah ayu entenono tekaku
Cantik, tunggulah kehadiranku.
Lagu beriktunya adalah Kalung Emas, lagu yang membuar mas-mas pencekik botol mengumandangkan kata perang Badjingan!
kalung emas
Kalung emas sing ono gulumu
kalung emas yang ada di lehermu
Saiki wis malih dadi biru
sekarang sudah berubah menjadi biru
Luntur koyo tresnamu
luntur seperti cintamu
Luntur koyo atimu
luntur seperti hatimu
Saiki kowe lali karo aku
sekarang kamu lupa pada aku
Kalung emas ku mbiyen tak tuku
kalung emas itu dahulu ku beli
Tak pasrahke mung kanggo sliramu
kupasrakahkan hanya untuk dirimu
Gedhe roso tresnaku
besar rasa cintaku
Yo mung kanggo sliramu
ya, hanya untuk dirimu
Ra nyono kowe lali karo aku
tak ku sangka kau lupa padaku
Loro atiku, atiku kelaran loro
sakit hatiku, hatiku rasanya sakit
Rasaning nganti tembus ning dhodho
rasanya sampai tembus di dada
Nangisku iki
tangisku ini
Mergo kowe sing njalari
karena kamu yang menyebabkan
Kebangeten opo salahku iki
terlalu, apa salahku iki
Opo dosaku iki
apa dosaku ini?
Suket Teki
Aku tak sing ngalah
Biarkan aku yang mengalah
Trimo mundur timbang loro ati
Aku menerima mundur dari pada harus sakit hati
Tak oyako wong kowe wis lali
kukejarpun, kalau kau sudah lupa
Ora bakal bali
Kau tak akan kembali
Paribasan awak urip kari balung
bagai peribahasa, hidup tinggal tulang
Lilo tak lakoni
rela ku jalani
Jebule janjimu jebule sumpahmu
Ternyata janjimu, ternyata sumpahmu
Ra biso digugu
Tak bisa dipercaya
Wong salah ora gelem ngaku salah
Orang salah, tak mau mengaku salah
Suwe-suwe sopo wonge sing betah
Lama-lama siapa orang yang betah?
Mripatku uwis ngerti sak nyatane
Aku sudah mengerti sejatinya
Kowe selak golek menangmu dewe
Kamu selalu ingin menang sendiri
Tak tandur pari jebul tukule malah suket teki
Ku tanam padi, ternyata tumbuhnya jadi rumput liar
Sewu Kutha
Sewu kutha uwis tak liwati, sewu ati tak takoni
Seribu kota telah kulewati, seribu hati kutanyai
Nanging kabeh pada ra ngerteni lungamu neng endi
Tapi semua tak ada yang mengerti pergimu ke mana
Pirang tahun anggonku nggoleki seprene durung bisa nemoni
Sudah berapa tahun aku mencari, sampai sekarang belum bertemu
Wis tak coba nglaliake jenengmu saka atiku
Sudah ku mencoba melupakan namamu dari hatiku
Sak tenane aku ora ngapusi Isih tresna sliramu
Tapi sesungguhnya aku tak bisa berbohong, masih mencintai dirimu
Umpamane kowe uwis mulya, lilo aku lilo
Jika memang kamu sudah bahagia, rela aku rela
Yo mung siji dadi panyuwunku aku pengin ketemu
Hanya satu yang menjadi permohonanku, aku ingin bertemu
Senajan sak kedeping moto
Meski hanya sekejap mata
Kanggo tombo kangen jroning dodo
Kan ku gunakan untuk pelipur rindu di dada
Pantai Klayar
Tulung sawangen, sawangen aku sing nandhang rindu.
Tolong pandanglah, pandanglah aku yang sedang merindu
Oh tulung muliha, senadyan sedela aku wis lila.
tolong pulanglah, walau sebentar aku sudah iklas
Samar, ati iki samar yen nganti kowe lali janjimu ning Pantai Klayar.
samar hati ini samar jika kau lupa dengan janjimu di Pantai klayar
Samar, ati iki samar yen nganti kowe tega ninggal aku ganti pacar. Ouoo
samar hati ini samar jika sampai kau tega meninggalkanku dan ganti pacar
Sedela wae aku ora bisa, adoh kowe nengapa ninggalke lunga.
sejenakpun aku tak bisa, jauh darimu, mengapa kau pergi
Sekedhep netra aku ora lila, yen kowe nganti gandheng karo wong liya. Ouoo
sekejap mata aku tak bisa, jika kau sampai gandeng dengan orang lain
Birune segara kutha Pacitan, nyimpen janjimu seprene ra bisa ilang.
birunya laut kota pacitan, menyimpan janji sampai saat ini tak pernah hilang
Birune segara kutha Pacitan, Pantai Klayar sing nyimpen sewu kenangan. Ouoo...
birunya laut kota pacitan, pantai Klayaryang menyimpan seribu kenangan
Dalan Anyar
Kembang tebu sing kabur kanginan saksi bisu sing dadi kenangan
Kembang tebu yang terbang tertiup angin, saksi biru yang menjadi kenangan
Prasetyamu kui mung kiasan, tresnamu saiki wis ilang
Kesetianmu itu hanya kiasan, cintamu sekarang sudah hilang
Neng dalan anyar kowe karo sopo, aku ngerti dhewe neng ngarepe moto
Di jalan baru kamu dengan siapa? aku melihat sendiri di depan mata
Neng dalan anyar kowe karo sopo, neng kulon terminal kertonegoro ngawi
Di jalan baru kamu dengan siapa? di barat Terminal Kertonegoro Ngawi
Kembang tebu sing neng sawah nggrudo, ora garing senadyan mongso ketiga
Kembang tebu yang ada di sawah Nggrudo, tak kering meski musik kemarau
Tansah eling jamane semono, neng kulon terminal kertonegoro
Selalu ingat jaman dahulu, di barat Terminal Kertonegoro
Neng dalan anyar kowe karo sopo, aku ngerti dhewe neng ngarepe moto
Di jalan baru kamu dengan siapa? Aku melihat sendiri di depan mata
Neng dalan anyar kowe karo sopo, neng kulon terminal kertonegoro ngawi
Di jalan baru kamu dengan siapa? di barat Terminal Kertonegoro Ngawi
Stasiun Balapan
Neng Stasiun Balapan, kutha solo sing dadi kenangan
Di stasiun Balapan, kota Solo yang jadi kenangan
kowe karo aku, nalika ngeterke lungamu
Kamu dan aku, ketika mengantarkan kamu pergi
ning stasiun balapan rasane koyo wong kelangan
Di stasiun Balapan, rasanya seperti orang yang kehilangan
kowe ninggal aku ra kroso netes eluh ning pipiku
Kamu meninggalkan ku, tak terasa, air mata menetes di pipiku
da... dada sayang
da... slamat jalan
janji lungo mung sedelo, jare sewulan ra ono
Janji pergi hanya sebentar, katanya sebulan tidak ada
pamitmu naliko semono, ning stasiun balapan solo
Pamitmu saat itu, di stasiun Balapan Solo
janji lungo mung sedelo, malah tanpo kirim warto
Janji pergi hanya sebentar, malah pergi tanpa memberi kabar
lali opo pancen nglali, yen eling mbok enggal bali
Lupa atau memang sengaja melupakan, Jika ingat, tolonglah kembali
ning stasiun balapan, kutha solo sing dadi kenangan
Di stasiun balapan, kota Solo yang jadi kenangan
Comments