Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Eka Kurniawan Memang Pencipta yang Kejam
- Aditya Wahyutomo
- Jan 21, 2019
- 3 min read
Dalam sebuah artikel berjudul Forgiving is Hard, but Not Forgiving Hurts More, Gustavo Razzetti menyinggung tentang keinginan manusia untuk balas dendam. Razzetti mengakui bahwa memberi maaf bukan kekuatan yang mudah. Sebaliknya, balas dendam adalah suatu hal yang mungkin sangat menyenangkan.
Pada paragraf lainnya Razzetti juga menulis bahwa setiap aktivitas yang berkaitan dengan balas dendam diaktifkan atau dikelola oleh sebuah area di otak yang juga aktif ketika manusia menginginkan coklat atau seks. Itulah sebabnya balas dendam terasa lebih menyenangkan ketimbang memberi maaf dan mengampuni.
Sekitar sebulan setelah artikel ini muncul, saya menyempatkan diri untuk menyambangi Gramedia di Bintaro Jaya. Setelah membaca beberapa halaman Lelaki Harimau karangan Eka Kurniawan, saya terpanggil untuk mengoleksi sebuah buku karangan Eka lagi. Pilihan saya jatuh ke Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Selanjutnya SDRHDT).
Sejak awal saya dibuat termangu dan memandang heran akan kata-kata yang muncul. Sebuah sapaan dan pembukaan yang tragis namun juga sangat lucu. Tragedi yang terlalu ceria untuk ditangisi tapi di masa mendatang ketika membaca buku ini, saya merasa tak ada tragedi yang lebih menyedihkan dibanding milik Ajo Kawir.
Ajo Kawir memiliki kisah yang harus anda dengar terutama bagi seorang lelaki yang masih mengeluhkan ukuran kelaminnya. Bersyukurlah kalian! Ajo Kawir punya burung tapi sayang ia tak mau bangun untuk waktu yang sangat panjang dan itu membuat Ajo Kawir berkelana menentang takdir dan merebut harapan untuk hidup.
Tak ada seorangpun mengerti akan apa yang terjadi dengan burungnya termasuk Ajo Kawir sang pemilik. Namun satu hal yang pasti, burungnya tertidur semenjak melihat janda preman yang kemudian digagahi oleh polisi di suatu malam.
Jika anda mencari sosok paling tragis di dunia ini, Ajo Kawir adalah dia. Bagi saya, ia terlahir memang untuk bersahabat dengan tragedi. Tragedi itu kemudian menyamar jadi bayangan yang terus mengikuti ke mana Ajo Kawir pergi. Sampai suatu saat bayangan itu memutuskan untuk bangkit dan berpisah dari tubuh Ajo Kawir. Tragedi kemudian menggandeng Ajo Kawir untuk menjalani hidup, melupakan sejenak bahwa burungya tak bisa bangun.
Ajo Kawir sempat mengira bahwa sang tragedi berbalik arah menyayangi dan mencintai dirinya dan si burung tidur. Namun sampai beberapa waktu, Ajo Kawir terpaksa mengetahui bahwa tragedi tersebut hanya mencari cara lain untuk menguburnya di kubangan kesedihan dan tragedi. Sejak itu, Ajo Kawir terus terbebani bayangannya. Setiap langkah yang dijalani menariknya lebih dalam ke kubur yang telah digali sang tragedi.
Membaca SDRHDT memang menguras tenaga dan harus segela terselesaikan. Tak ada waktu bagi saya untuk menjeda membacanya. Rentetan cerita yang cepat serta penokohan karakter yang dibangun di setiap halaman membuat saya harus melahap setiap halaman tanpa mengenal waktu.
Buku ini tak melulu dibungkus kesedihan. Kejantanan anda juga tak akan hilang karena iba terhadap Ajo Kawir. Karena tragedi ini dibungkus dengan apik oleh aksi bela diri. Bagi anda yang senang dengan adegan silat yang tergambar dalam kata-kata, Anda harus membaca buku ini. Mungkin anda bisa merasakan betapa kerasnya tinju Iteung ke Ajo Kawir sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Dan jangan lewatkan setiap malam ketika Ajo Kawir menyelinap ke warung untuk mengambil sebotol bir dingin. Ia senang meminumnya terutama ketika gelisah mencari tahu apa yang akan membuat si burung bangun.
Bagi kalian yang merasa menguasai tragedi di bidang percintaan, silahkan baca buku ini. Contohlah bagaimana Ajo Kawir bisa kawin dengan wanita jagoan yang dipuja banyak orang meski tak punya burung. Sudah cukup terdengar menyedihkan? Oh saudara ku, apa yang kau dengar belum cukup untuk membuat Ajo Kawir mengepalkan tinju kesal. Masih banyak tragedi yang disajikan oleh Eka Kurniawan yang memang sangat kejam di sini.
Andai saya bisa menjelaskan lebih banyak mengenai cerita buku ini. Tetapi saya akui buku ini memberikan banyak pelajaran. Dan meski saya yakin Ajo Kawir tak mengenal Razzetti, tapi mereka berdua memiliki pandangan yang sama dengan dendam. Jika Razzetti berbekal segala macam literatur dan makalah untuk menyimpulkan, Ajo Kawir hanya membutuhkan waktu berdua dengan burung tidurnya di dalam truk sepanjang pantai utara.
Comentários